Pages - Menu

Khutbah Jumat tentang Menuju Kematian yang Pasti


Kematian adalah sebuah kepastian yang sangat menakutkan apa saja, termasuk hewan sekalipun, oleh kerananya meski hewan, jika ia terancam kehidupannya maka ia akan membela dirinya habis-habisan demi mempertahankan kehidupannya. karena mati akan menghilangkan kenikmatan dunia menuju kenikmatan/siksa di alam yang jelas-jelas akan beda. ‘mati’ akan merenggut cita cita dan membunuh semua karir yang di gelutinya


Sidang Jumat Rahimakumullah
Rute perjalanan kehidupan ini hanya terdiri dari dua alur, lahir dan mati, kelahiran menuju alam yang satu dan kematian menuju alam berikutnya, pada saat di alam berikutnya seolah ia  dilahirkan kembali di sebuah alam yang berbeda dengan alam sebelumnya, betah atau tidah betah manusia tak mungkin kembali ke alam sebelumnya. Jika demikian kenyataannya nanti tentu perlu persiapan untuk menghadapi kengerian ini. Apa yang perlu disipakan dalam hidup ini adalah menjemput kematian yang telah pasti, yang akan mengantarkan kita semua ke alam berikutnya. Oleh karenanya tak berlebihan jika dikatakan bahwa rumah masa depan dalam tanda kutip adalahalam kubur dan alam-alam selanjutnya. Modal utama untuk alam berikutnya yaitu taqwa.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal" ( QS. al Baqarah: 197)

Tak seorang pun bisa melepaskan dirinya dari fenomena kematian, kematian akan datang tak kenal jenis kelamin, waktu, dan kepada siapapun. Semua telah jelas dalam ketentuan sang pemilik kehidupan abadi yak Allah ilahi rabbi. Setelah kematian itu datang tak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan dengan bertaubat, juga tidak ada kesempatan lagi untuk menambah bekal untuk perjalanan jauhnya menuju akhirat. Setelah itu hanya bermuara pada kediaman abadi yakni surga dan neraka

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (ali Imran: 185)

Jika kita pandai merenung, maka ayat tersebut akan menjadi pedoman dalam hidup untuk menentukan arah masa depan hakiki dan menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk pentas kehidupan abadi nan sejati. Yakni kehidupan setelah kehidupan di dunia ini. Di sana tersedia kenikmatan yang orisinil, tidak pernah dicicipi oleh hidupa didunia semewah apapun, jangankan dinikmati membayangkannya pun tidak mungkin bisa. Kenikmatan di alam ‘sana’ bersifat hakiki lain halnya dengan kenikmatan di dunia yang serba imitasi dan membosankan, kenikmatan dunia hanya bersifat sementara, sebab itulah Allah berfirman bahwa kehidupan akhirat lebih baik diutamakan dari pada kehidupan duniwi.

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 64).

Namun perlu diingat bahwa gebyar keindahan di dunia ini dibuat sedemikian rupa untuk menguji siapakah yang paling baik dan ikhlas amal perbuatannya, barang siapa yang lulus dalam ujian kehidupan duniawi dan selalu fokus akan kehidupan masa depannya sungguh ia termasuk orang yang sangat beruntung. Sayangnya ketertarikan pada duniawi melalaikan kehidupan akhirat, kehidupan tidak fokus dan cenderung terbawa arus kehidupan dunia. Nabi saw : “Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. (Mutafaq ‘Alaih).

Apabila ada manusia yang disuruh untuk mencicipi manisnya kehidupan akhirat satu cecapan saja, maka ia akan lupa akan sengsaranya di dunia, walaupan pada saat di dunia ia miskin papa sepanjang hidupnya. Begitu juga sebaliknya apabila ada orang yang selama hidupnya berbahagia, bergelimang harta, penghargaan sosial, jabatan atau kedudukan sepanjang hidupnya, ketika disentuhkan sekali sentuhan kepada adzab Allah sesudah kematian, maka ia akan lupa atas kemewahan dan sekusksesan dunia meskipun puluham tahun lamanya.

Sidang jamaah jumat yang dimulyakan Allah
Mumpung masih belum terlambat, selama nafas dikandung badan, maka terus meneruslah utnuk bertaubat kepada Allah, taubat nasuha dalam arti penyesalan yang mendalam diikuti dengan tidak melaksanaka dosa-dosa yang serupa maupun tidak serupa. Bagi hamba Allah yang shaleh, kematian adalah menuju pintu kebahagiaan, kematian adalah pintu menuju kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara kemewahannya. Sebalinya bagi orang yang berlumuran dosa maka kematian menjadi pintu pertama yang dilalui untuk menghadapi pedihnya siksa.

Kematian hadir kapanpun datang, hal ini harus di antisipasi sejak dini dengan perbanyak amal kebaikan dalam rangka menyongsong kematian yang pasti akan dantang kapan jua.

أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.