Jumat menjelang idul adha kali ini kita akan mencoba membuat tema khutbah jumat tentang kurban berwujud manusia sebagai bentuk prolog dari beberapa khutbah idul adha atau id kurban, semoga manfaat untu sesama. Ibadah qurban adalah bentuk ibadah yang hampir sama tuanya dengan keberadaan manusia ini ada. Pertama kali tradisi kurban ini diperkenalkan sejak putra Nabi Adam as. Pada masa dimana habil dan qabil diperintahkan untuk berqurban mendekatkan diri kepada Allah, kemudian periode-periode selanjutnya mengalami banyak penyimpanagan dan diluruskan pada masa Nabiyullah Ibrahim as. Hingga berlaku saat sekarang.
Beberapa dekade sebelum diutusnya Nabi Ibrahim as praktek kurban tidak seperti masa sekarang melainkan berkurban masih dalam wujud manusia, dimana pada masa itu manusia dikurbankan untuk dewa-dewa mereka. Sebut saja misalnya di mesir pada waktu itu mengenal tradisi mengurbankan gadis tercantik dipersembahkan kepada dewi sungai Nil, sementara di Kanaan Iraq bayi-bayi dipersembahkan untuk dewa baal. Di suku Aztec Meksiko mengenal tradisi, menyerahkan jantung manusia untuk dewa matahari. Di eropa utara orang-orang Viking yang tadinya mendiami skandinavia mengorbankan pemuka-pemuka agama mereka kepada dewa perang “odin”
Hadirin rahimakumullah...
Nah, Nabi Ibrahim, hidup pada abad ke-18 SM, suatu masa ketika terjadi persimpangan jalan pemikiran kemanusiaan tentang kurban-kurban yang masih berwujud manusia. Di satu pihak ada yang mempertahankan membiarkan manusia dikurbankan agar dewa mereka tidak marah, di pihak yang lain, adapula yang mempunyai pemikiran bahwa manusia terlalu mahal harganya untuk dikurbankan.
Disinilah ajaran yang dibawa N. Ibrahim, memberikan jawaban kepastian yaitu pada saat beliau mendapat wahyu melalui mimpi pada tanggal 9 Dzulhijjah untuk menyembelih anaknya Nabi Isma’il yang kita kenal dengan hari ‘arafah. Kemudian puncak pelaksanaanya tanggal 10 Dzulhijjah. Peristiwa tersebut Seolah membuka jalan sejarah pemikiran teologis bahwa kurban bukanlah berwujud manusia. Kisah pengubanan Nabi Ibrahim tersebut dapat kita telusuri rekam jejaknya melalui firman Allah ta’ala:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan puteranya di atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggil dia: "Hai Ibrahim,
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ.
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Prosesi pengurbanan Nabi Ibrahim pun dilaksanakan. Setelah pisau dihujamkan dan digerakkan untuk menyembelih puteranya, tiba-tiba seekor domba dari surga dijadikan sebagai gantinya. Inilah jawaban atas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa itu, sekaligus menjadi isyarat bahwa Tuhan sedemikian kasih kepada manusia, sehingga kurban manusia tidak diperkenankan. Meski demikian, jika Allah yang memerintahkannya nyawapun tidak ada harganya, apalagi hanya seekor domba atau sapi sebagai sembelihan di hari raya idul adha karena hal ini adalah perintah Allah...
Sidang Jumat Rahimakumullah …
Dalam kehidupan yang katanya modern ini, nilai peristiwa kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim as tersebut sering terlupakan, masih banyak praktek-praktek yang mengarah kepada mengorbankan manusia untuk mencapai tujuannya, mengurbankan kepentingan orang banyak demi terpenuhi ambisi kepentingan pribadinya. Seperti mencuri, pembunuhan bermotif dendam, dan termasuk yang membelalakkan mata kita baru baru ini adalah maraknya kasus korupsi.
Korupsi tidak lain adalah bentuk mengurbankan kebutuhan banyak orang untuk kepentingan dirinya. Dengan milyaran rupiah berapa banyak orang-orang yang bisa dihidupi oleh bangsa ini dengan uang tersebut, Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan “ walaupun berbeda prakteknya, korupsi mempunyai nilai kekejian yang tak jauh beda dengan praktek tradisi mengurbankan manusia”.
Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim as, puncaknya dirayakan sebagai hari raya Idul Adha, harus mampu mengingatkan, bahwa kurban berwujud manusia tidaklah diperbolehkan, tetapi yang dikurbankan adalah sifat-sifat kebinatangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri, seperti kikir, rakus, ambisius, menyerang dan kecintaan terhadap harta yang berlebihan. Sifat-sifat yang demikian buruk itulah yang harus dibunuh dalam memahami kurban secara filosofis. Bukan hanya semata-mata takut dan khawatir Allah akan marah jika kita tidak mengalirkan darah kurban di hari raya idul adha. Sesungguhnya yang sampai kepada Allah bukanlah besar kecilnya sembelihan semata, tetapi nilai ketaqwaan yang ada didalam dirinya.
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ..... (الحج:37).
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.. (Al Hajj: 37)”
Allah Bukanlah Haus darah seperti berhala-berhala jahiliyah, Allah bukanlah Tuhan yang menginginkan daging manusia seperti singa, tetapi Allah semata-mata menginginkan ketaqwaan dan ketundukan manusia terhadap perintahnya. Salah satu ukurannya adalah kemampuan dia untuk menentang hawa nafsu serakah dan cinta terhadap harta, pada prinsipnya semua yang ada di sekeliling kita adalah sebuah bentuk sarana untuk menghamba belaka;
Sidang Jumat anjakumullah..
Berkurban hukumnya sunnat muakkadah dalam pengertian yang mudah, sunnat muaakad adalah sunnat yang mendekati wajib. Imam Ibnu taimiyah, dalam majmu’ fatawa mengatakan, qurban secara nilai pengabdian jauh lebih baik dari pada sedekah, kurban diunggulkan karena ia mencakup amal kebaikan dalam arti mempunyai implikasi kepada masyarakat miskin juga mempunyai makna ketauhidan yang sangat tinggi.
Ibnu Umar mengatakan,الأضحية هي سنة ومعروف Berkurban adalah ibadah sunnat dan sudah popular,
Populer karena akar historisnya hampir sama tuanya dengan usia manusia.
Andai pada saat ini kita termasuk orang yang tidak mempunyai kelapangan untuk berkurban, kita harus tetap mengorbankan yang kita punya entah berupa fikiran untuk mensukseskan pembagiannya, membantu dengan tenaga yang kita punya untuk meringankan beban pengelolaannya dan bantuan-bantuan yang semakna dengan hal tersebut.
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang mampu mengorbankan jiwa raga kita hanya untuk Allah SWT, dan mampu mendistribusikan sebagian yang kita miliki untuk membantu sesama atas nama kemanusiaan di atas panji-panji agama Amin yaa Robbal ‘aalamiin….
بارك الله لى ولكم فى القران العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من الأية وذكر الحكيم عسى ان نكون من الفائزين وتقبل. منى ومنكم من المقبولين. برحمتك يأرحم الراحمين..