Di dalam kitab minhajul abidin karya Imam Ghazali, taubat adalah perbuatan hati bukan semata-mata fisik, fisik yang lemah tidak menjadi ukuran taubatnya diterima atau tidak. Taubat melibatkan beberapa unsur, hati, lisan dan perbuatan ketiganya saling terkait. Gerakan hati menuntut realisasi lisan, dari lisan menuntut konsekwensi perbuatan, Oleh sebab iut, taubat yang hanya dilakukan satu saja diantara tiga hal dari hati, lisan dan perbuatan maka taubatnya tidak nasuha, tidak murni sebab ada kepalsuan di balik taubatnya itu. Rabiah al Adawiyah mengatakan, istighfar yang kita ucapkan membutuhkan istighfar lagi, ucapan permohonan ampun membutuhkan amal dan gerak menuju ampunan yang kita mintakan melalui lisan tersebut, begitulah seterusnya sampai kepada Allah swt.
Taubat harus dilakukan dengan memfungsikan tiga hal sekaligus, hati, lisan dan amal. al-Hasan berkata "Taubat adalah penyesalan dengan hati, istighfar dengan lisan, meninggalkan perbuatan dosa dengan tubuh, dan berjanji untuk tidak akan mengerjakan perbuatan dosa itu lagi."
Taubat apabila diucapkan tanpa hati menyesal atau tanpa keteguhan untuk tidak mengulangi dianggap sebagai taubatnya orang dusta begitulah kata Dzun al Mishri. Itulah yang dikatakan oleh Sayyidah Rabi'ah al 'Adawiyah: "istighfar kita membutuhkan istighfar lagi!" Hingga sebagian mereka ada yang berkata: "aku beristighfar kepada Allah swt dari ucapanku: 'aku beristighfar kepada Allah swt'". Atau taubat yang hanya dengan lisan, tidak disertai dengan penyesalan dalam hati!
Dalam "Ihya ulumuddin" dijelaskan, taubat terdiri dari tiga unsur, Taubat nasuha dan ketiga unsurnya itu adalah ilmu, haal (keadaan) dan amal. Ilmu mewajibkan kepada haal dan haal mewajibkan lahirnya tindakan yang disebut amal, Ilmu yang dimaksud adalah mengetahui seberapa besarnya bahaya berbuat dosa, bahwa dosa menghalangi manusia dengan rabb-nya, pengetahuan tentang bahaya dosa ini meresap ke dalam hati yang menimbulkan penyesalan mendalam, sejalan dengan sabda Rasulullah saw: "Penyesalan adalah taubat"
Setelah penyesalan munculah kesadaran untuk memohon ampunan dengan memperbanyak istighfar disertai dengan niat tulus semata-mata karena Allah, ending dari taubat itu melahirkan banyak perbuatan baik yang berlimpah. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang bertaubat dan mendapat ridhonya amiin ya rabbal alamin