Pada kesempatan Khutbah Jumat kali ini, rasanya sangat baik dan bijak khotib mengajak untuk merenungkan sejenak beberapa hal berkaitan dengan kejujuran, karena kejujuran menuai hidup tenang dengan modal tanpa kebohongan dan korupsi. Sifat mulia yang bernama jujur itu ternyata mampu mendatangkan berbagai macam keuntungan dan manfaat. Disamping menyebabkan kselamatan di akhirat bagi pemiliknya, sifat jujur juga membawa banyak keuntungan kehidupan dunia. Banyak sekali keuntungan yang bisa diambil dari sifat jujur, diantaranya hidup sebagai orang yang terhormat, dicintai banyak orang dan memperoleh ketenangan.
Dalam aktifitas apapun orang yang membiasakan diri bersikap jujur, pasti akan berusaha menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku, baik itu aturan agama, masyarakat, ataupun aturan negara. Orang yang jujur tidak pernah secara sengaja melanggar larang yang telah ditetapkan. Dia senantiasa mematuhi tata aturan yang ditetapkan. Dia tidak perlu takut kalau aibnya terbongkar atau dikejar-kejar pidana karena telah melakukan kesalahan. Semua yang dilakukakannya adalah sesuatu yang benar dan tidak melanggar hukum, sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Oleh karena itu, hidupnya berlimpah ketenangan. Dalam hadits yang berstatus hasan disebutkan
Gambaran tersebut bertolak belakang tentunya dengan orang yang suka berbohong. Sifat bohong adalah lawan dari sifat jujur. Ibarat air dengan minyak, kedua sifat ini tidak akan pernah bisa menyatu. Selain akan menggiring pelakunya ke dalam neraka di akhirat nanti, seifat bohong juga banyak menimbulkan kerugian di dunia. Dalam sebuah riwayat ‘Aisyah dari Abdullah Ibn Mas’ud menyebutkan Bahwa rasul saw bersabda:
Hadits ini dengan jalur sanad merupakan hadits shahih yang diriwayatkan oleh seluruh A’immah Ashab Kutub Al-Sittah, kecuali imam Nasa’i :
Jamaah Jumat rahimakumullah...
JIka seseorang telah dikenal sebagai orang yang jujur, maka dimanapun dan kapanpun dia berada, semua orang akan respek dan hormat kepadanya, begitupula sebaliknya orang yang terkenal dengan sifat bohongnya maka dimanapaun dan kapanpun orang-orang sekelilingnya akan menyematkan titel sebagai pembohong. Setinggi apapun jabatannya orang lain akan meremehkannya.
Lalu, bagaimana dengan nasib seseorang yang gemar sekali melakukan tindakan korupsi?, tentu saja, karena korupsi merupakan salah satu bentuk kebohongan, penyelewengan wewenang dan anggaran, sebuah prilaku yang bertentangan dengan kebenaran. Ia tak pantas mendapat penghormatan meskipun berpakaian rapi dan berdasi.
Dalam kondisi yang demikian ia banyak melakukan kebohongan diantaranya adalah, kebohongan kepada Allah atas amanat yang diembannya, bohong terhadap orang yang dipimpinnya dimana banyak harapan rakyat yang tertumpu dipundaknya. Sangat wajar jika para koruptor dihujat dan tidak diterima dalam komunitasnya.
Kepiawaiannnya dalam bersilat lidah, kecerdasan dan pengalamannya tidak menjamin seseorang tidak berbuat aniaya dan terjebak dalam praktik korupsi. Krenanya setiap muslim harus berhati-hati dan istiqomah dalam melakukan kejujuran. Di era carut marut seperti ini orang jujur sudah mulai langka. KEilmuan yang pernah dikaji tidak cukup hanya sebatas pengetahuan belaka, akan tetapi harus dijadikan sebagai dasar pijakan dalam melangkah di dunia ini. Keutamaan seseorang akan tercapai apabila seseorang mampu mengawinkan ilmu pengetahuan dalam praktik keseharian dengan jujur. Allah berfirman:
Hadirin sidang jumat rahimakumullah...
Apabila dalam sepak terjang kehidupannya konsisten dalam garis kejujuran dari perkataan sampai tindakannya maka struktur kehidupan akan menjadi teratur, muara dari keteraturan dalam hidup tersebut adalah aman tanpa gangguan, tenang tanpa kekacauan, dan aktifitas lancar tanpa gangguan kejiwaan. Ia selalu siap di audit secara terbuka oleh siapapun dan kapanpun serta dimanapun ia berada. Jadi buah berharga dari kejujuran adalah ketenangan dalam hidup.
Jaminan ketenangan bagi orang yang senantiasa berbuat kejujuran adalah sebuah jaminan yang pasti. Dalam sebuah riwayat hasan ibn Ali ibn Abi Thalib disebutkan, Rasul saw bersabda:
Dengan tidak berbohong dan menyalahgunakan wewenang, hari hari akan menjadi tenang, korupsi hanya menyisakan resah berkepanjangan yang mengakibatkan berbagai gejolak penyakit lain.
Marilah kita sisakan tekad bulat untuk selalu istiqamah dalam berbuat kejujuran, yakinlah bahwa di dalam kejujuran tersimpan kebahagiaan yang abadi, keabadiannya sejak di dunia, terlebih di akhirat kelak amiiin ya rabbal alamin...
Dalam aktifitas apapun orang yang membiasakan diri bersikap jujur, pasti akan berusaha menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku, baik itu aturan agama, masyarakat, ataupun aturan negara. Orang yang jujur tidak pernah secara sengaja melanggar larang yang telah ditetapkan. Dia senantiasa mematuhi tata aturan yang ditetapkan. Dia tidak perlu takut kalau aibnya terbongkar atau dikejar-kejar pidana karena telah melakukan kesalahan. Semua yang dilakukakannya adalah sesuatu yang benar dan tidak melanggar hukum, sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Oleh karena itu, hidupnya berlimpah ketenangan. Dalam hadits yang berstatus hasan disebutkan
عن النواس بن سـمعـان رضي الله عـنه، عـن النبي صلى الله عـليه وسلم قـال
الـبـر حـسـن الـخلق والإثـم ما حـاك في نـفـسـك وكـرهـت أن يـطـلع عــلـيـه الـنـاس
[رواه مسلم]
Kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah sesutu yang mengganjal di dalam dirimu, dan tidak senang jika orang lain melihatnya (HR. Muslim: 2553)Gambaran tersebut bertolak belakang tentunya dengan orang yang suka berbohong. Sifat bohong adalah lawan dari sifat jujur. Ibarat air dengan minyak, kedua sifat ini tidak akan pernah bisa menyatu. Selain akan menggiring pelakunya ke dalam neraka di akhirat nanti, seifat bohong juga banyak menimbulkan kerugian di dunia. Dalam sebuah riwayat ‘Aisyah dari Abdullah Ibn Mas’ud menyebutkan Bahwa rasul saw bersabda:
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا (رواه البخاري)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra, dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya beliau bersabda. ‘Sesungguhnya sidiq itu membawa pada kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan pada surga. Dan seseorang beperilaku sidiq, hingga ia dikatakan sebagai seorang yang siddiq. Sementara kedustaan akan membawa pada keburukan, dan keburukan akan mengantarkan pada api neraka. Dan seseorang berperilaku dusta, hingga ia dikatakan sebagai pendusta. (HR. Bukhari)Hadits ini dengan jalur sanad merupakan hadits shahih yang diriwayatkan oleh seluruh A’immah Ashab Kutub Al-Sittah, kecuali imam Nasa’i :
Jamaah Jumat rahimakumullah...
JIka seseorang telah dikenal sebagai orang yang jujur, maka dimanapun dan kapanpun dia berada, semua orang akan respek dan hormat kepadanya, begitupula sebaliknya orang yang terkenal dengan sifat bohongnya maka dimanapaun dan kapanpun orang-orang sekelilingnya akan menyematkan titel sebagai pembohong. Setinggi apapun jabatannya orang lain akan meremehkannya.
Lalu, bagaimana dengan nasib seseorang yang gemar sekali melakukan tindakan korupsi?, tentu saja, karena korupsi merupakan salah satu bentuk kebohongan, penyelewengan wewenang dan anggaran, sebuah prilaku yang bertentangan dengan kebenaran. Ia tak pantas mendapat penghormatan meskipun berpakaian rapi dan berdasi.
Dalam kondisi yang demikian ia banyak melakukan kebohongan diantaranya adalah, kebohongan kepada Allah atas amanat yang diembannya, bohong terhadap orang yang dipimpinnya dimana banyak harapan rakyat yang tertumpu dipundaknya. Sangat wajar jika para koruptor dihujat dan tidak diterima dalam komunitasnya.
Kepiawaiannnya dalam bersilat lidah, kecerdasan dan pengalamannya tidak menjamin seseorang tidak berbuat aniaya dan terjebak dalam praktik korupsi. Krenanya setiap muslim harus berhati-hati dan istiqomah dalam melakukan kejujuran. Di era carut marut seperti ini orang jujur sudah mulai langka. KEilmuan yang pernah dikaji tidak cukup hanya sebatas pengetahuan belaka, akan tetapi harus dijadikan sebagai dasar pijakan dalam melangkah di dunia ini. Keutamaan seseorang akan tercapai apabila seseorang mampu mengawinkan ilmu pengetahuan dalam praktik keseharian dengan jujur. Allah berfirman:
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ
Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. as-Shaff: 3)
Apabila dalam sepak terjang kehidupannya konsisten dalam garis kejujuran dari perkataan sampai tindakannya maka struktur kehidupan akan menjadi teratur, muara dari keteraturan dalam hidup tersebut adalah aman tanpa gangguan, tenang tanpa kekacauan, dan aktifitas lancar tanpa gangguan kejiwaan. Ia selalu siap di audit secara terbuka oleh siapapun dan kapanpun serta dimanapun ia berada. Jadi buah berharga dari kejujuran adalah ketenangan dalam hidup.
Jaminan ketenangan bagi orang yang senantiasa berbuat kejujuran adalah sebuah jaminan yang pasti. Dalam sebuah riwayat hasan ibn Ali ibn Abi Thalib disebutkan, Rasul saw bersabda:
دع ما يريبك إلى ما لايريبك فإن الصدق طمأنينة وإن الكذب ريبة
Tinggalkanlah sesuatu yang mengusik dirimu untuk beralih pada sesuatu yang tidak mengusik dirimu. Karena sesungguhya kejujuran itu membawa ketenangan dan kebohongan menyebabkan perasaan tidak tentram (HR. Tirmidzi)Dengan tidak berbohong dan menyalahgunakan wewenang, hari hari akan menjadi tenang, korupsi hanya menyisakan resah berkepanjangan yang mengakibatkan berbagai gejolak penyakit lain.
Marilah kita sisakan tekad bulat untuk selalu istiqamah dalam berbuat kejujuran, yakinlah bahwa di dalam kejujuran tersimpan kebahagiaan yang abadi, keabadiannya sejak di dunia, terlebih di akhirat kelak amiiin ya rabbal alamin...
=======