Manusia sengaja diciptakan Allah secara sempurna, kelengkapanan indera sebagai penyempurnaan penciptaanya agar manusia berpotensi secara maksimal dalam menajamkan visi hidup mengabdi kepada Allah ta’ala. Setiap indera punya dua potensi, potensi baik dan potensi buruk, tergantung atas dasar apa menggunakannya. Bila digunakan dengan menggunakan pertimbangan keimanan maka potensi baik yang, sebaliknya bila dipergunakannya atas dasar pertimbangannya memperturutkan hawa nafsu maka potensi buruk yang terlahir darinya.
Kita mesti hati-hati dan terus waspada terhadap pintu maksiat yang ditimbulkan dari anggota badan. Pendengaran, penglihatan, perkataan dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya. Semua kejahatan muaranya ada di dalam hati, maka senantiasa kita harus menjaga kejernihan hati dan memahami sumber yang menciptakan kejernihan hati.
Pikiran
Sumber utama yang masuk ke dalam hati adalah pikiran, pikiran yang tenang akan berpengaruh terhadap ketenangan hati, sebaliknya pikiran yang keruh akan membuat suasana hati juga keruh. Oleh karena itu pikirkan sesuatu yang baik, tidak iri hati, dengki atau berfikiran kotor lainnya, maka akan bisa menjernihkan hati. Pikiran adalah sebuah tampungan besar yang mewadahi semua keadaan, sedih, senang, marah, sabar dan lain sebagainya.
Penglihatan
Jika sepakat bahwa sumber kejernihan hati berasal dari pikiran, maka kita butuh mengamnkan kejerbihan pikiran. Kejerbihan pikiran berasal dari kejernihan sumber informasi yang dilihat. Apabila yang dilihat berupa hal-hal yang membuat keruh dan memanjakan syahwat maka pikiran akan menjadi kotor dan berdampak sistemik dalam segala aktifitas kehidupan. Begitupula sebaliknya, apabila kita mampu memilih dan memilah sumber informasi dari penglihatan yang baik maka kejernihan pikiran akan terjaga dengan baik. Karena pentingnya memilih obyek yang dipilih itulah banyak sekali dalil yang menganjurkan untuk menjaga pandangan kita. Salah satunya adalah terdapat dalam surat An-Nuur:30-31
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan jaganlah mereka menampakkan perhiasan, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya…”
Pendengaran
Pendengaran adalah rongga pita suara yang menyuplain informasi kedalam pikiran, Bila yangmasuk adalah pendengaran yang baik maka baik pula yang dipikirkan. Akan berbeda akibatnya bila yang di terima oleh pikiran melalui pendengaran yang kotor dan maksiat. Dampak pendengaran ini sangat berbahaya sama bahanyanya dengan penglihatan mata.
Atas dasar pentingnya menjaga pendegaran itulah, orang yang menggunjing dan pendengarnya adalah dua orang yang bersekutu dalam satu perbuatan, akibat dosa yang diterimanya sama, baik pelaku maupun pendengarnya. Hindarkanlah diri ini sekuat tenaga untuk tidak terlibat dalam gunjingan atau perbuatan sejenisnya seperti namimah. Al Qur’an memberikan tamparan keras dengan sindiran ayatnya yang berbunyi
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah sebagian kalian menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat : 12)
Ayat diatas, memberikan pertanyaan yang lebih dikenal dengan sitfham inkariy :” Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?”. Tentu jawabnya adalah “Tidak”, orang yang dibicarakan kejelekannya dinilai seperti bangkai karena ia tidak bisa memberikan klarifikasi bila ada pemberitaan dirinya yang tidak benar.
Jernihkan semua yang bermuara membuat suasana hati menjadi keruh, agar kesucian hati menjadi terjaga abadi selama-lamanya. Demikian ringkasan yang dibuat oleh pusat khutbah jumat kali ini tentang menjaga kejernihan hati, semoga ada manfaatnya