Pages - Menu

Khutbah Jumat tentang Tantangan Ulama Masakini

Pusat khutbah jumat adalah portal untuk berbagi khutbah, setelah sebelumnya posting khutbah tentang umur sebagai modal hidup menuju mati, sekarang saya akan berbagi khutbah jumat berkaitan dengan tanggung jawab ulama’ dalam kaitannta menjawab tantangan yang berkembang di masyarakat yang terus meningkat. Kali ini saya mencoba lebih lengkap lagi, selamat membaca


الحمد لله الذى اكرم الأنبيأ و العلمأ. وبشربالجنة للشهدأوالفقهأ.
أشهد ان لاإله إلاالله احكم الحكمأ. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله اصحاب الكرمأ
اللهم صل على سيدنا محمد. وعلى اله وأصحابه ومن تبعه الى يوم الجزأ.
أما بعد،فياعبادالله، إتقو الله ماستطعتم، فاعلموا أن الله أمركم بالتقوى من دار الفنأ إلى دار البقأ.

Puji syukur ke hadirat yang Maha Kuasa, atas kuasanya yang telah memberikan karunia kepada kita semua, berupa ketentraman di rumah, berupa tenaga di tempat kerja serta memberikan kekuatan iman dan Islam dimanapun berada. Shalawat salam mudah-mudahan tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad saw. Sebagai perantara sumber segala keilmuan yang membawa perubahan dari zaman yang sesat menuju zaman beradab.

Hadirin jama’ah jum’at yang dimulyakan Allah.
Kita semua tahu bahwa Allah mengutus para Nabi dan Rasul dari Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad adalah untuk menyampaikan risalah tauhid tauhidullah, menjalankan yang haq dan menjauhkan yang bathil. Rasul utusan Allah diperintah untuk menjawab tantangan yang berkembang pada zamannya

Nabi Adam memperjuangkan tauhid, di tengah peradaban ummatnya yang kanibal, Ibrahim as memurnikan tauhid di bawah tekanan Namrudz, Musa as dibawah bayang-bayang teror raja Fir’un samapi Nabi Muhammad pun mendapat tantangan besar.

Jika masa lampau masih di utus Nabi untuk memutuskan problema yang berkembang di masyarakat, lalu siapa yang harus membawa perubahan pada saat sekarang ini, Marilah kita merenungkan hadits Nabi 

إن العلمأ ورثة الأنبيأ
Sesungguhnya Ulama’ adalah pewaris para Nabi,
Munurut Ibn Hajar Al Atsqalaniy, hadits diatas ditemukan di dalam riwayat Imam Abu Daud, Imam Tirmudzi dan Ibn Hibban, yang dinilai oleh Ibn Hakim sebagai hadits yang shahih.
Kemudian di dalam Al-Qur'an kita temukan ayat yang mengatakan al fathir :32

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ.
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

Dari kedua dasar tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan menunju masyarakat yang jujur, disiplin dan tegaknya syiar Islam merupakan tugas pelimpahan yang diemban oleh para ulama’. Nabi kita tidak mewariskan emas dan dirham, tetapi mewariskan kearifan, berupa prilaku santun dan mulia dalam berdakwah. Inilah tugas dan peran penting yang harus selalu didukung oleh hamba Allah yang shalih-shalih.
Sepanjang sejarah, banyak sekali kita jumpai peran ulama’ cukup mendominasi untuk menciptakan perubahan di nusantara ini, kita mengenal KH. Hasyim As’ari. H. Agus Salim, Imam Bonjol dan lain sebagainya semuanya memberikan citra baik dalam perjuangan membasmi penjajahan. Lantang menyuarakan dalam ceramah maupun khutbah mereka

Jika kita tengok kembali maka, maka yang diwariskan tentunya bukanlah berupa benda materi karena dalam hadits lain Nabi juga memberikan isyarat bahwa yang ditinggalkan untuk ummatnya bukanlah berupa emas atau perak yang melimpah akan tetapi yang diberikan tuntunan hidup yang benar, berupa al qur’an dan sunna. Dari sini peran ulama’ sangat dibutuhkan dalam mengubah tatanan kehidupan yang bathil menuju kehidupan yang haq dan benar.

Hadirin yang diselamatkan oleh Allah
Ketidak berhasilan seorang ulama’ tidak semata-mata disebabkan oleh semangat kinerjanya ulama’ itu sendiri, tetapi pengalam sehari-hari membuktikan kita semua sebagai pengikutnya yang enggan menerima fatwa dan nasehat dari ulama’. Perubahan menuju masyarakat yang berbudaya baik sudah diciptakan akan tetapi personal masyarakatnya yang masih saja enggan menerima perubahan, Orang yang menerima dakwah yang demikian ini maka hatinya akan ditutup oleh Allah dan tidak akan mendapatkan petunjuk selama-lamanya. Persis seperti firman Allah yang di dalam surat al Kahfi :57

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي ءَاذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَى فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا.
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya,

Akhir dari khutbah ini, khotib ingin menyampaikan betapa berat Tugas seorang ulama’, banyak aral dan tantangan yang terus menjelma menjadi batu sandungan untuk menghalangi suksesnya dakwah, maka dari itu marilah kita mulai dari diri kita masing-masing untuk membuka diri kita untuk mau di tempatkan ke dalam ajaran agama yang sebenar-benarnya, semakin banyak petunjuk yang masuk ke dalam diri kita semakin lurus jalan kita..
بارك الله لى ولكم فى القرأن العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من الأيات و الذكر الحكيم . وتقبل منى ومنكم تلا وته إنه هو الغفور الرحيم