Pusat khutbah jumat yang lalu telah kami paparkan taubat nasuha, rupanya masih ada saja celah untuk melengkapinya sehingga dalam term yang berbeda saat ini marilah merenungi arti taubat sesungguhnya , akar kata "TAUBAT" terdiri dari tiga huruf yakni ta-wa-ba mempunyai makna satu yaitu "kembali" kembali kepada kesucian seperti semula diciptakannya, kurang lebih seperti itulah arti taubat secara sederhana, mungkin mudah difaham setelah anda membaca posting sebelumnya tentang taubat nasuha
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". (QS. Shaad; 71-72)
Allah swt telah menciptakan manusia dari dua unsur. Di dalam tubuhnya terdapat unsur tanah, juga unsur ruh. Inilah yang menjadikannya layak dijadikan objek sujud oleh malaikat sebagai penghormatan dan pemuliaan kedudukannya. Allah swt berfirman:
Ayat diatas ingin menegaskan bahwa manusia terdiri dari dua unsur yang berbeda, yaitu unsur tanah dan unsur ruh tuhan, ruh tanah sumber untuk merendahkan derajat kemanusiaan sedangkan unsur ruh berpotensi besar kembali mendekat (baca: taubat) kepada Allah. pada saat manusia melakukan maksiat dan perbuatan rendahan maka disitu ada dominasi unsur tanah, sebaliknya ketika manusia berbuat kebaikan dan ketaatan, berarti unsur ruh ketuhanan yang mendominasi. begitulah terus menerus manusia ber-jihad melakukan pertentangan dalam dirinya. Secara mutlak manusia butuh "taubat nasuha" sebagai suksesi pemenangan ruh dalam kehidupannya. kalimat yang ditunjuk denagn kata nasuha berbrti kemurnian hati dalam penyesalan, lawan katanya adalah kepalsuan (ghays)
Ibnu Katsir berpendapat: "taubat nasuha adalah, taubat yang haq dilakukan sepenuh hati akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya."
Beragam pendapat para ulama' besar ketika memaknai arti taubat nasuha, Hasan Al Bashri berpendapat taubat adalah jika seorang hamba menyesal akan perbuatannya pada masa lalu, serta berjanji untuk tidak mengulanginya. senada dengan yang disampaikan oleh Imam Ahmad melalui riwayat Ibnu Mas'ud bahwa taubat dari dosa ialah bertaubat dari dosa kemudian tidak mengulanginya lagi. begitu juga Ibnu Katsir, Ibnu Jarir dan Ibnu Qoyyim al Jauziyah, seseorang yang bertaubat dari dosa dan ia tidak melakukan dosa itu lagi, seperti susu tidak kembali ke payudara hewan lagi" begitulah yang saya baca dari beberapa situs terpercaya.
Dalam hal ini anjuran bertaubat tidak hanya untuk orang-orang yang masih berada di luar islam, tetapi orang beriman juga diperintahkan untuk bertaubat berdasarkan QS. at-Tahrim:8
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ي.
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.....". (QS. At-tahrim [66]:8)
Adapun tekhnis melakukan pertaubatan, yaitu meminta ampunan dengan lidah, menyesal dengan hatinya, serta menjaga tubuhnya untuk tidak melakukannnya lagi, begitu menurut pendapat al Kulaby, bberbeda lagi dengan Muhammad bin Ka'b al Qurazhi yang menjelaskan tekhnis lebih detail: taubat itu diungkapkan oleh empat hal: beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari tubuh, berjanji dalam hati untuk tidak mengerjakannya kembali, serta meninggalkan rekan-rekan yang buruk. pendek kata taubat tidak cukup hanya dengan lidah
Bagaimanapun dalam postingan khutbah jumat tentang taubat nasuha pernah disampaikan bahwa taubat adalah pekerjaan hati yang lebih mendominasi, penyesalan dan kemurnian niat untuk tidak megulangi lagi.